Sabtu, 27 Februari 2010

PLC


Gb. PLC CPM2A

Programmable Logic Controller Yaitu : Kendali Logika Terprogram Merupakan Suatu Piranti Elektronik Yang Dirancang Untuk Dapat Beroperasi Secara Digital Dengan Menggunakan Memori Sebagai Media Penyimpanan Instruksi-Instruksi Internal Untuk Menjalankan Fungsi-Fungsi Logika, Seperti :
1. Fungsi Pencacah.
2. Fungsi Urutan Proses.
3. Fungsi Pewaktu.
4. Fungsi Aritmatika.
5. Dan Fungsi-Fungsi Yang Lainya Dengan Cara Memprogramnya.

Fungsi Lain Pada PLC Yaitu : Dapat Digunakan Untuk Memonitor Jalannya Proses Pengendalian Yang Sedang Berlangsung, Sehingga Dapat Dengan Mudah Mengenali Urutan Kerja ( Work Squence ) Proses Pengendalian Yang Terjadi Pada Saat Itu.

Kelebihan-Kelebihan Yang Dimiliki PLC Dibandingkan Dengan Kontrol Relay Konvensional :
1. Fleksibel.
2. Deteksi & Koreksi Kesalahan Lebih Mudah.
3. Harga Relatif Murah.
4. Pengamatan Visual.
5. Kecepatan Operasi.
6. Implementasi Proyek Lebih Singkat.
7. Lebih Sederhana & Mudah Dalam Penggunaannya.
8. Memodifikasi Lebih Mudah Tanpa Tambahan Biaya.
9. Dokumentasi Lebih Mudah.

Kekurangan Yang Dimiliki PLC :
1.Teknologi Baru, Sehingga Dibutuhkan Waktu Untuk Mengubah Sistem Konvensional Yang Telah Ada.
2.Keadaan Lingkungan, PLC Tidak Cocok Digunakan Pada Suhu Yang Tinggi & Juga Vibrasi Yang Tinggi Karena Dapat Merusak PLC.

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Memilih PLC :
1. InPut ( Tipe & Jumlah Masukan )
2. OutPut ( Tipe & Jumlah Keluaran )
3. Memori ( RAM, EPROM, EEPROM )
4. Periperal ( Handheld Programming Console, Ladder Support Software, PROM Writer )

Komponen Sistem Kendali PLC Terdiri Atas :

1. PLC.

PLC Terdiri Atas :

- CPU → Mikroprosesor Yang Mengkordinasikan Kerja Sistem PLC.

- Memori → Daerah Yang Menyimpan Sistem Operasi & Data Pemakai.

- Interfis → Modul Rangkaian Yg Digunakan Untuk Menyesuaikan Sinyal Pada Peralatan Luar.

2. Peralatan In Put.

Peralatan In Put Adalah Peralatan Yang Memberikan Sinyal Kepada PLC & Selanjutnya PLC

Memproses Sinyal Tersebut Untuk Mengendalikan Peralatan Out Put.

Peralatan In Put :

- Berbagai Jenis Saklar.

- Berbagai Jenis Sensor.

- Rotary Encoder.

3. Peralatan Out Put.

Peralatan Out Put :

- Kontaktor Magnet.

- Motor Listrik.

- Lampu.

- Buzzer dll.

4. Peralatan Penunjang.

Peralatan Penunjang Adalah Peralatan Yang Digunakan Dalam Sistem Kendali PLC, tetapi Bukan

Merupakan Bagian Dari Sistem Secara Nyata. Maksudnya Peralatan ini Digunakan Untuk

Keperluan Tertentu Yang Tidak Berkait Dengan Aktifitas Pengendalian.

Peralatan Penunjang :

1. Berbagai Jenis Alat Pemrogram : - Komputer.

- Software Ladder.

- Konsol Pemrogram.

- Programmable Terminal.

2. Berbagai Software Ladder : - SSS.

- LSS.

- Syswin.

- CX Programmer.

3. Berbagai Jenis Memori Luar : - Disket.

- CD ROM.

- Flash Disk.

4. Berbagai Alat Pencetak : - Printer.

- Plotter.

5. Catu Daya.

PLC Merupakan Sebuah Peralatan Digital & Setiap Peralatan Digital Memerlukan Catu Daya DC.

PLC Type Modular Membutuhkan Catu Daya Dari Luar Sedangkan PLC Type Compact Catu

Dayanya Sudah Tersedia Pada Unitnya.

Selasa, 16 Februari 2010

AUDIO FREQUENSI GENERATOR



* ) Instruksi Kerja Penggunaan Audio Frekuensi Generator / AFG :

  1. Masukan Kabel Power Pada Socket In Put 220 V Yang Terdapat Pada Bagian Belakang Osiloscope.
  2. Masukan Socket Probe AFG Pada Out Put AFG.
  3. Masukan Kabel Power ( Steker ) Pada Stop Kontak.
  4. Hunbungkan Ujung Probe AFG Pada Probe Osiloscope Agar Out Put AFG Dapat Di Lihat Pada Layar Osiloscope.
  5. Hidupkan AFG & Osiloscope Dengan Menekan Tombol Power & Lampu Indikatorpun Akan Menyala.
  6. Pilih Tampilan Gelombang Yang Akan Di Hasilkan Oleh AFG Dengan Menekan Tombol Yang Bergambar Simbol Gelombang ( Kotak, Gigi Gergaji & Sines ).
  7. Untuk Hasil Out Put AFG Dapat Di Lihat Pada Layar Osiloscope.
  8. Pilih Frekuensi Yang Akan Di Hasilkan Oleh AFG Dengan Menekan Tombol Pilihan Frekuensi ( 1 Hz, 10 Hz, 100 Hz, 1 KHz, 10 KHz, 100 KHz, 1 MHz ).
  9. Pada Knop Pengaturan Frekuensi (Variable Frekuensi ) Harus Pada Tanda 1.0
  10. Atur Tinggi Gelombang / Amplitudo Dengan Memutar Tombol Amplitudo Pada AFG.
  11. Apabila Hasil Tampilan Pada Layar Osiloscope ( Frekuensi ) Belum Sesuai Dengan Penghitungan Manual Maka Knop Pengatur Frekuensi Dapat Di Putar Agar Mendapatkan Hasil Frekuensi Yang Tepat.
  12. Untuk Menghitung Perioda Menggunakan Rumus :


T = Div Horisontal x Time / Div


  1. Untuk Menghitung Frekuensi Menggunakan Rumus :


F = 1

T


  1. Untuk Menghitung Volt Peak to Peak Menggunakan Rumus :


Vpp = Div Vertikal x Volt / Div


Pelarutan PCB

* ) Intruksi Kerja Pelarutan PCB Menggunakan Feri Clorida – FeCl3 :

  1. Siapkan Alat & Bahan Yang Akan Di Gunakan.
  2. Pakailah Sarung Tangan & Masker.
  3. Siapkan Tempat ( Non Logam ) Untuk Pelarutan PCB.
  4. Masukan Air & Feri Clorida Pada Tempat Yang Telah Di Sediakan.
  5. Aduk Campuran Air & Feri Clorida Tersebut Sampai Rata.
  6. Masukan PCB Pada Tempat Pelarutan Sambil Di Goyang – Goyangkan Biar Proses Pelarutan Lebih Cepat.
  7. Setelah Pelarutan Selesai, Cuci PCB Tersebut Menggunakan Air Yang Mengalir ( Pakai Kran Air ) & Keringkan.
  8. Setelah Semua Proses Selesai Tinggal Pengeboran PCB Pada Titik Komponen.



* ) Sifat – Sifat Larutan Etching :

  1. Melarutkan Tembaga.
  2. Menyebabkan Korosi Pada Logam.
  3. Menimbulkan Gatal – Gatal Pada Kulit.
  4. Mengendap Dalam Air, Berwarna Coklat & Bau.
  5. Menimbulkan Gas NO2 Yang Dapat Menyebabkan Iritasi.
  6. Jika Bercampur Dengan Air Hujan Menimbulkan Asam.
  7. Membunuh Mikroorganisme Dalam Tanah.



* ) Bahan – Bahan Yang Dapat Di Gunakan Untuk Melarutkan Tembaga Pada PCB :

  1. Feri Clorida ( FeCl3 ).
  2. Natrium Sulfat ( Na2SO4 ).
  3. Asam Nitrat ( HNO3 ).



* ) Cara Mempercepat Proses Pelarutan / Etching :

  1. Menggoyang – Goyangkan Bak Plastik Tempat Proses Etching.
  2. Mengalirkan Larutan Etching Pada Permukaan PCB.
  3. Menaikan Suhu Larutan / Menggunakan Air Panas Dalam Pembuatan Etching.



* ) Menetralisir Limbah / Sisa Larutan Etching ( Feri Clorida ) :

  1. Tambahkan Soda Api ( NaOH ) Pada Limbah / Sisa Larutan Etching Sedikit Demi Sedikit.
  2. Periksa PH ( Derajat Keasaman ) Limbah / Sisa Larutan Etching Dengan Menggunakan Kertas Lakmus Setiap Penambahan Soda Api ( NaOH ).
  3. Bila Hasil Pencelupan Kertas Lakmus Kedalam Limbah / Sisa Larutan Etching Mengakibatkan Perubahan Warna Kertas Lakmus Sepadan Dengan PH7, Hentikan Penambahan Soda Api.
  4. Bila Perubahan Warna Kertas Lakmus Sepadan Dengan PH7, Berarti Limbah / Sisa Larutan Etching Telah Netral & Dapat Di Buang Ke Dalam Tanah / Di Timbun.


* ) Kesehatan & Keselamatan Kerja Pada Proses Pelarutan PCB Menggunakan Feri Clorida :

  1. Gunakan Sarung Tangan Karet Saat Bekerja Dengan Bahan Kimia & Usahakan Cepat Cuci Anggota Badan Bila Terkena Cairan Kimia.
  2. Setelah Selesai, Masukan Sisa Larutan Dalam Botol & Simpan Pada Almari Khusus.
  3. Sebelum Sisa Larutan Di Duang / Di Timbun, Sisa Larutan Feri Clorida Perlu Di Netralisir Terlebih Dahulu.
  4. Jangan Membuang Sisa Larutan Pada Sembarang Tempat.
  5. Lakukan Pekerjaan Tersebut Sehati-Hati Mungkin Baik Terhadap Alat, Benda Kerja & Diri Kita Masing – Masing.
  6. Laporkan Pada Instruktur Bila Terjadi Masalah.

Jumat, 12 Februari 2010

KONTAKTOR MAGNET




Gb. Panel Motor 3 Fasa

Gb. Membalik Putaran Motor 3 Fasa




Gb. Menjalankan Motor 3 Fasa Secara STAR - DELTA Dg Kontaktor Magnet


Gb. Menjalankan Motor 3 Fasa STAR - DELTA Dg Kontaktor Magnet
Secara Otomatis Dg TDR ( Time Definite Relay )



Gb. Rangkaian Menjalankan Beban Secara Berurutan Menggunakan Kontaktor Magnet.

Gb. Rangkaian Menjalankan Beban Dari 2 Tempat Menggunakan Kontaktor Magnet.


Gb. Rangkaian Menjalankan Beban Menggunakan Kontaktor Magnet.


Gb. Kontaktor Magnet

Kontaktor Magnet Merupakan Jenis Saklar Yang Bekerja Secara Magnetic Yaitu Kontak ( NO & NC ) Bekerja Apabila Kumparan Di Aliri Arus / Tegangan, Penggunaan Kontaktor Magnet Jauh Lebih Baik Dari Pada Saklar Biasa.

Sebuah Kontaktor Magnet Terdiri Dari :

1. Kumparan / Koil.

2. Beberapa Kontak NO ( Normally Open )

3. Beberapa Kontak NC ( Normally Close )

Kumparan / Koil Adalah Lilitan yang Apabila Di Aliri Arus / Tegangan Maka Akan Tejadi Magnetisasi Yang Akan Menarik Kontak - Kontaknya Sehingga Input & Output Pada Kontak NO Akan Terhubung & Sebaliknya Untuk Kontak NC Akan Terputus / Tidak Terhubung.

Apabila Pada Kumparan Kontaktor Diberi Tegangan Terlalu Tinggi / Tidak Sesuai Dengan Spesifikasi Maka Akan Menyebabkan Berkurangnya Umur / Merusak Kumparan Kontaktor. Tetapi Bila Tegangan Yang Diberikan Terlalu Rendah Maka Akan Menimbulkan Tekanan Antara Kontak-Kontak Dari Kontaktor Menjadi Berkurang Yang Nantinya Dapat Menimbulkan Bunga Api Pada Permukaannya Serta Dapat Merusak Kontak-Kontaknya.

Untuk Beberapa Keperluan Digunakan Juga Kumparan Arus ( Bukan Tegangan ), Akan Tetapi Dari Segi Produksi Lebih Disukai Kumparan Tegangan Karena Besarnya Tegangan Umumnya Sudah Di Normalisasi & Tidak Tergantung Dari Keperluan Alat Pemakaiannya.

Kontaktor Magnet Ada 2 Jenis :

1. Kontaktor Magnet AC ( Terdapat Kumparan Hubung Singkat Berfungsi Sebagai Peredam Getaran

Saat Kedua Inti Besi Saling Melekat )

2. Kontaktor Magnet DC.

Spesifikasi Dari Kontaktor Magnet Yang Harus Di Perhatikan :

1. Kemampuan Daya Kontaktor yang disesuaikan dengan Beban yang akan diperlukan.

2. Kemampuan menghantarkan arus dari kontak-kontaknya.

3. Kemampuan Tegangan dari Kumparan Magnet.

Kontak Pada Kontaktor Magnet Terdiri Dari :

1. Kontak Utama ( Digunakan Untuk Rangkaian Daya )

2. Kontak Bantu ( Digunakan Untuk Rangkaian Pengontrol / Pengunci )

Agar Penggunaan Kontaktor Dapat Disesuaikan Dengan Beban Yang Akan Dikontrol, Maka Pada Setiap Kontaktor Selalu Dilengkapi Dengan Plat Nama Yang Berisikan Data-Data Mengenai :

1. Perusahaan Pembuat Kontaktor.

2. Nomor Seri Pembuatan.

3. Tegangan Nominal Beban.

4. Tegangan Kerja Kontaktor.

5. Kemampuan Arus Yang Dapat DiAlirkan.

6. Kelas Operasi.

Kontak In Put / Kontak Yang DiHubungkan Ke Supply Pada Kontaktor Magnet Biasanya Kontak Dengan Nomor 1, 3, 5 . Dan Untuk Kontak Out Put / Kontak Yang DiHubungkan Pada Beban / Rangkaian Biasanya Dengan Nomor 2, 4, 6 . Sedangkan Untuk Kontak Penguncinya DiGunakan Kontak Nomor 13 & 14.


Jumat, 05 Februari 2010

SENSOR SUHU




Jika anda ingin standar pengukuran dalam Fahrenheit, maka dapat menggunakan sensor bertipe LM34A yang mempunyai kisaran pengukuran dari -50F hingga 300F dengan akurasi +2.0F. Skala outputnya juga sama yaitu 10mV/F.

Berikut contoh sensor suhu menggunakan PPI 8255,ADC 0804 dengan mode free running dan output Vout dihubungkan ke pin 6 ADC0804. Jika komputer Anda tidak memiliki port ISA, anda dapat memesan ke penulis Card PPI 8255 PCI produksi Lava Link (harga sekitar Rp.940.000).

Pada ADC dikenal dengan istilah Free Running dan Mode control. Mode Free Running adalah, dimana ADC0804 akan mengeluarkan data hasil pembacaan input secara otomatis dan berkelanjutan (Continue) setelah selesai mengkonversi tegangan analog ke digital. Pin INTR akan berlogika rendah setelah ADC selesai mengkonversi, logika ini dihubungkan kepada masukkan WR untuk memerintahkan ADC memulai konversi kembali.

Mode Kontrol adalah mode ADC yang baru memulai konversi setelah diberi instruksi dari mikrokontroler. Instruksi ini dilakukan dengan memberikan pulsa rendah kepada masukan WR sesaat +1ms, kemudian membaca keluaran data ADC setelah keluaran INTR berlogika rendah.

LM35 dari National Semiconductor adalah sebuah sensor temperatur centigrade presisi, yang memiliki tegangan output analog. Memiliki jangkauan pengukuran -55ºC hingga +150ºC dengan akurasi ±0.5ºC. Tegangan output adalah 10mV/ºC. Tegangan output dapat langsung dihubungkan dengan salah satu port mikrokontroler yang memiliki kemampuan ADC, misalnya ATmega8535. ADC pada ATmega8535 memiliki resolusi 10-bit, yang dapat memberikan keluaran 2^10 = 1024 nilai diskrit. Bila digunakan catu 5V, resolusi yang dihasilkan adalah 5000mV/1024 = 4.8mV. Karena LM35 memiliki resolusi output 10mV/ºC, maka resolusi termometer yang dibuat dengan ATmega8535 adalah 10mV/4.8mV ~ 0.5ºC.

Beberapa varian LM35:

  • LM35, LM35A memiliki jangkauan -55ºC hingga +150ºC.
  • LM35C, LM35CA memiliki jangkauan -40ºC hingga +110ºC.
  • LM35D memiliki jangkauan 0ºC hingga +100ºC.

Untuk hasil yang lebih baik dan mengurangi pengaruh noise, output dari LM35 dapat diperkuat dengan sebuah penguat tegangan.

Saat ini, tersedia sejumlah besar sensor temperatur yang lebih cerdas serta mudah penggunaannya, misalnya DS1820. Hasil pengukuran sudah dalam bentuk digital, dan dikirimkan ke mikrokontroler secara serial.


RELAY




Sebenarnya banyak sekali ragam relay yang digunakan tergantung dari kebutuhan kita, mulai dari yang berjenis umum hingga yang khusus. Relay pada kendaraan digunakan untuk lampu utama, klakson (tidak semua mobil), FuelPump, ECU, Starter, Wiper (tidak semua mobil), sistem AC, fan radiator, lampu kabut, sistem alarm, sistem central lock, sistem Power Window, dan pada mobil Eropa banyak ditemukan relay yang di desain khusus, misalnya relay tersebut berfungsi juga sebagai timer, unloader dan lain-lain. Umumnya pada body relay, disertakan skema relay tersebut berikut nomor kaki nya. Juga pada bagian bawah, di masing-masing kaki terminal disertakan nomor kaki sebagai referensi terhadap skema relay pada body tadi.

Besar-kecilnya ukuran fisik suatu relay, biasanya berhubungan juga dengan kapasitas arus yang dapat ditangani oleh Contact-point relay. Jika arus yang disalurkan melebihi kapasitas kemampuan relay, maka contact point akan panas dan cepat aus. Jika contact point aus, maka kualitas konduktor / menyalurkan arus listrik menjadi terganggu. Pada kenyataannya, biasanya kita menemukan lampu akan menjadi redup, atau klakson menjadi tidak lantang lagi atau bahkan mati.